menuju jurang tak berserabut
Pada malam malam pekat di bulan Februari, kaki ku menapak di atas pelipis bangunan kaca pusat kota. Seharusnya, aku merasakan gejolak bahagia sebab di suguhi surganya langit malam. Tapi temaram itu, rasanya berbeda. Semakin kencang angin, semakin bergelora diriku menuju jurang tak berserabut.
Hati ku tenang, tapi kenapa air jernih ini semakin deras membanjiri wajah busuk ku? semakin hina ku di buat oleh rasa ini. Maka berbekal alasan tersebut, ku pijakan kaki ku sedikit lebih maju menuju udara.
Dari sini suara gaduh kendaraan terdengar merdu, tidak berisik dan tidak mengganggu, tepat sasaran pada pendengaran ku. Dari sini, aku jauh dari jutaan pasang mata serta ribuan kata kata, kali ini kesendirian ku berbeda.
Ku rasa, sudah tidak ada waktu untuk menjelajah pada kenestapaan ini, tak perlu menunggu semua nya berhenti untuk sekedar pamit, sebab aku ini apa di bandingkan semesta dan seisinya?
Maka pada langkah terakhir, aku tetap maju, ini kali pertama aku membunuh rasa takut ku. Ternyata begini rasanya terbang lepas tanpa sayap? sensasi apa ini? rasanya seperti bebas dan haru menyatu di dalam satu kalbu.
Air jernih ku berjatuhan lagi, namun kali ini karena aku merasa lepas, bernafas, dan bebas.
Aku lepas, dari segudang tatap mata, dari beribu untai bicara, dari sekian jejak langkah. Bulan dan udara jadi bukti bahwa malam ini, aku benar benar kehilangan sebuah arah.
Takdir ku, ku hapus oleh diri ku sendiri.
Sepasang mata dan kaki berteriak terkejut melihat segumpal makhluk tuhan terbang anggun menuju daratan tak berpengaman, beberapa bisik ricuh berdatangan sebab pecah sudah air berwarna merah kini menghiasi aspal panas sampai ujung jalan. Ku tumbalkan diri ku untuk rasa trauma mu. Terbayang bayang lah kelak engkau saat ingin menutup mata, di hantui gelisah lah engkau hingga datang malaikat pencabut nyawa.
Jasadku di bawa, dengan wajah merah merona di timpa kehancuran, tapi dengan senyuman dan lesungan, ini pertama kali aku merasa cantik paripurna tak ada tandingan.
Kali ini kesendirian ku berbeda, kali ini diri ku menuju abadi tak terhingga.
Comments
Post a Comment